3 Lelaki Misterius dalam Al Qur’an
Saya
pernah membaca, ada tiga orang lelaki yang keberadaannya masih
kontroversial. Apakah mereka seorang Nabi/Rasul? Ataukah seorang wali?
Ataukah hanya manusia biasa yang diberikan kelebihan oleh Allah Swt.
Saya sendiri menyebutnya sebagai lelaki-lelaki mistirius yang disebutkan
dalam Al Qur’an. Bagaimana tidak, Al Qur’an tidak menjelaskan secara
rinci tentang sosok mereka. Hanya saja, dari mereka kita bisa memperoleh
begitu banyak pelajaran berharga.
Baiklah, karena rasa penasaran, saya pun
mencari ayat-ayat tentang mereka. Inilah mereka dengan kisah-kisah
menakjubkan yang diceritakan langsung dari Al Qur’an.
1. KHIDIR
Kisahnya dapat kita lihat dalam Al Qur’an
Surat Kahfi ayat 60 – 82. Digambarkan bahwa Nabi Musa AS sedang berguru
kepada lelaki bijak yang diberikan ilmu yang luas oleh Allah Swt.
Sebagian besar ulama mengatakan jika lelaki tersebut adalah
Khidir.Adayang menyebut jika Khidir adalah seorang nabi, yang konon
katanya masih hidup sampai sekarang. Yang lain bilang, beliau hanya
wali/orang shaleh yang diberikan kelebihan/rahmat oleh Allah dengan ilmu
yang sangat luas dan kadang tak bisa dimengerti oleh manusia lain
(seperti kisahnya dengan NabiMusaAS).
KAHFI. 60. Dan (ingatlah) ketika Musa
berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum
sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai
bertahun-tahun.” 61. Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah
laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil
jalannya ke laut itu. 62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh,
berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita;
sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” 63.
Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung
di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu
dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali
syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali.” 64. Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu
keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
KAHFI. 65. Lalu mereka bertemu dengan
seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami. 66. Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” 67. Dia menjawab:
“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. 68.
Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” 69. Musa berkata: “Insya Allah
kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun.” 70. Dia berkata: “Jika kamu
mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu
apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.”
KAHFI 71. Maka berjalanlah keduanya,
hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa
berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar. 72. Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah aku telah
berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan
aku.” 73. Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku
dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku.” 74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya
berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata:
“Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang
lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar.” 75. Khidhr
berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu
tidak akan dapat sabar bersamaku?” 76. Musa berkata: “Jika aku bertanya
kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan
uzur padaku.”
KAHFI. 77. Maka keduanya berjalan; hingga
tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta
dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau
menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding
rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa
berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.” 78.
Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan
kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya.
KAHFI. 79. Adapun bahtera itu adalah
kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan
merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang
merampas tiap-tiap bahtera. 80. Dan adapun anak muda itu, maka keduanya
adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong
kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81. Dan kami
menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih
sayangnya (kepada ibu bapaknya). 82. Adapun dinding rumah adalah
kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang
saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari
Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri.
Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya.”
2. DZULQARNAIN
Kisah tentang Dzulqarnain dapat kita baca
sekilas di Al Qur’an Surat Kahfi ayat 83 – 98. Beliau adalah seorang
raja yang sangat kuat dengan wilayah kekuasaan yang luas. Terjadi
perdebatan yang sengit tentang sosok Dzulqarnain (yang memiliki dua
tanduk).Adayang menyebut bahwa Dzulqarnain yang disebutkan dalam Al
Qur’an adalah Iskandar Dzulqarnain (Alexander The Great), seorang
penguasa dariMacedonia(Yunani) yang hidup berdekatan dengan zaman
NabiIsaAS.Tetapi ada juga yang memiliki pendapat berbeda, bahwa
Dzulqarnain yang dimaksud adalah seorang raja shaleh dari Arab yang
hidup di zaman Nabi Ibrahim AS seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Hajar
dalam kitab Fathul Bari.
KAHFI. 83. Mereka akan bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu
cerita tantangnya.” 84. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan
(untuk mencapai) segala sesuatu, 85. maka diapun menempuh suatu jalan.
86. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia
melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia
mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamu
boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. 87. Berkata
Dzulkarnain: “Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan
mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan
mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. 88. Adapun orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai
balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari
perintah-perintah kami.”
KAHFI. 89. Kemudian dia menempuh jalan
(yang lain). 90. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit
matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan
umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya
dari (cahaya) matahari itu, 91. demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami
meliputi segala apa yang ada padanya.
KAHFI. 92. Kemudian dia menempuh suatu
jalan (yang lain lagi). 93. Hingga apabila dia telah sampai di antara
dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum
yang hampir tidak mengerti pembicaraan. 94. Mereka berkata: “Hai
Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding
antara kami dan mereka?” 95. Dzulkarnain berkata: “Apa yang telah
dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka
tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku
membuatkan dinding antara kamu dan mereka, 96. berilah aku
potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan
kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah (api itu).”
Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun
berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke
atas besi panas itu.” 97. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka
tidak bisa (pula) melobanginya. 98. Dzulkarnain berkata: “Ini (dinding)
adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia
akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.”
3. LUQMANUL HAKIM
Petuah-petuah bijaknya dapat kita baca di
Al Qur’an padasuratLuqman ayat 12 – 19. Adayang berkata, jika Luqmanul
Hakim hidup di Afrika pada abad 5 Sebelum Masehi. Dari segi fisik,
Lukmanul Hakim adalah sosok yang jauh dari sempurna. Digambarkan bahwa
tubuhnya pendek, kulitnya hitam pekat, rambutnya keriting, matanya
lebar, bibirnya tebal dan hidungnya pesek. Sehingga dimanapun ia berada
seringkali menjadi bahan tertawaan dan cemoohan orang-orang yang
melihatnya. Namun, dibalik fisiknya yang ”tidak sempurna”, Allah telah
menganugerahkan kepadanya sifat arif dan bijaksana. Akhlaqnya juga
sangat baik sehingga setiap butir-butir kata yang keluar dari mulutnya,
laksana mutiara yang tak ternilai harganya.
LUQMAN. 12. Dan sesungguhnya telah Kami
berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” 13. Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
LUQMAN. 16. (Luqman berkata): “Hai
anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.